KABARKAWANUA.COM – KPU Sulut menggelar debat publik pertama Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut 2020 Sulut di Makatete Hills, Kamis (05/11/2020).
Debat yang dipandu moderator Reidy Sumual, mengangkat topik bahasan “Kesehatan Masyarakat , Pencegahan Bencana Alam, Pengembangan Wilayah, Infrastruktur Daerah dan Penanganan COVID 19.”
Debat tersebut mendapat perhatian dari masyarakat yang menonton secara dari lewat akun Youtube KPU Sulut ataupun di TV lokal yang ada.
Menurut pengamat politik, Josef Kairupan, S.IP, M.IP, debat ini dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengukur dan melihat kualitas demokrasi yang sedang berjalan. Debat dilakukan secara terbuka sehingga publik dapat mengukutinya.
“Publik bisa menilai kemampuan calon pemimpin yang akan mereka pilih. Sebab kemampuan untuk menjawab ‘take-home exam’ menjadi pembeda kualitas kandidat,” ucap Dosen Ilmu Pemerintahan Fispol Unsrat itu.
Menurutnya debat ini, menjadi saluran yang baik untuk ”berbicara” langsung kepada jutaan calon pemilih di sulut.
“Terlepas dari janji manis maupun janji palsu yang akan disampaikan, adu gagasan program, langkah solutif mengatasi masalah, rekam jejak, cara pandang kandidat untuk memimpin daerah ini ke depan akan bisa diukur dan memengaruhi pemilih,” kata Kairupan.
Lanjut Kairupan, jika dicermati debat kemarin, masih banyak jawaban yg disampaikan oleh paslon sifatnya bias, para paslon tidak bisa menyampaikan argumentasi yg didasarkan dgn data statistic yang valid dan akurat.
Ia juga menilai pasangan no urut 3 mempunyai keunggulan tersendiri, karena mempunyai kepercayaan diri dalam penguasaan panggung.
“Performance, kepercayaan diri, dan penguasaan panggung hanya dimiliki oleh paslon no urut 3. Hal ini menandakan bahwa paslon nomor urut 3 memang jelas telah memiliki experience,” ujarnya.
Selanjutnya biladikaji struktur jawaban dan argumentasi yang ditetapkan KPU Sulut kemarin, waktu 3 menit untuk memberikan tanggapan terhadap pertanyaan – pertanyaan, seharusnya mampu di manfaatkan oleh setiap paslon.
“Seperti untuk satu menit pertama dimanfaatkan paslon memberikan ulasan kondisi existing daerah, dan dua menit terakhir paslon memberikan argumentasi dengan program-program real yang konkrit efeknya langsung menyentuh permasalahan, bahkan dapat juga membeberkan indikator target capaian yg nantinya akan dilakukan,” bebernya.
Terakhir Kairupan menuturkan, penggunaan tata bahasa adalah hal terpenting dalam debat.
“Dan paling penting, tata bahasa serta framing argumen disampaikan secara lugas, sederhana dan mudah dimengerti sehingga publik dapat menangkap maksud yang disampaikan oleh paslon. Hal ini juga merupakan proses komunikasi politik yang dibangun oleh masing-masing paslon,” tandasnya.
(Yaya Piri)